Rabu, 23 April 2008

Bisnis dan Lingkungannya

BISNIS DAN LINGKUNGANNYA

Oleh : ABDULLAH UBAY SIDK, SE

A. Pendahuluan

Pekerjaan berdagang/jual beli adalah sebagian dari pekerjaan bisnis. Kebanyakan masyarakat kita jika mereka berdagang, selalu ingin mencari laba besar. Jika ini yang menjadi tujuan usahanya, maka seringkali mereka menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini sering terjadi perbuatan negatif, yang akhirnya menjadi kebiasaan/perilaku mereka.

Oleh sebab itu penulis dalam makalah yang sederhana ini akan berusaha mengupas sedikit masalah “Bisnis dengan Tujuan Mencari Profit Berdasarkan Konsep Islam.” Alasan pemilihan judul tersebut, karena masih banyak sekali penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam berbisnis yang tidak sesuai dengan koridor ajaran Islam, sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Maka penulis dalam hal ini akan menguraikannya dengan sistematika:

A. Pendahuluan.

B. Pengertian Bisnis.

C. Etika Bisnis dalam Islam.

D. Penutup.

B. Pengertian Bisnis

Bisnis adalah suatu kata yang sangat populer dalam kehidupan sehari-hari. Tiap hari jutaan umat melakukan kegiatan bisnis baik sebagai produsen, perantara maupun sebagai konsumen. Kaum produsen dan orang-orang lain bergerak dalam kegiatan bisnis berhasil membuat keuntungan dan memperbesar nilai bisnisnya yang semakin lama semakin meningkat.

Bisnis dalam kamus bahasa Indonesia berarti kegiatan usaha; usaha yang sifatnya mencari keuntungan.[1] Pengertian bisnis menurut Hughes dan Kapoor ialah, Business is the organized effort of individuals to produce and sell for a profit, the goods and services that satisfy society’s needs. The general term business refers to all such efforts within a society or within an industry. Maksudnya bisnis ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara umum kegiatan ini ada dalam masyarakat dan ada dalam industri. Definisi lain diberikan oleh Brown dan Petrello (1976) Business is an institution which produces goods and services demanded by people. Jadi bisnis merupakan suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.[2]

Bisnis merupakan suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini termasuk jasa dari pihak pemerintah dan swasta yang disediakan untuk melayani anggota masyarakat.

Bisnis berarti sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa dan pemerintahan yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa ke konsumen. Istilah bisnis pada umumnya ditekankan pada tiga hal yaitu:

1. Usaha perseorangan kecil-kecilan.

2. Usaha perusahaan besar seperti pabrik, transport, surat kabar, hotel dan sebagainya.

3. Usaha dalam bidang struktur ekonomi suatu negara.

Yang ketiga ini akan sangat luas sekali, sebab mencakup usaha yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta baik yang mengejar laba ataupun tidak.

Kegiatan bisnis sangat membantu usaha-usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat oleh perusahaan. Bisnis ini meliputi semua aspek kegiatan untuk menyalurkan barang-barang melalui saluran produktif, dari membeli bahan mentah sampai menjual barang jadi.

Secara ringkas dapat dinyatakan bisnis ialah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang lain.

C. Etika Bisnis dalam Islam

Sesungguhnya Allah telah melapangkan bumi dan menyediakan banyak fasilitas, agar manusia dapat berusaha mencari sebagian dari rizki yang disediakan-Nya bagi keperluan manusia. “Dialah (Allah) yang telah menjadikan bumi itu mudah bagi kalian, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya kalian akan kembali.” (Q.S. 67 al-Mulk: 15)

Telah menjadi Sunnatullah bahwa siapa yang rajin bekerja, niscaya akan memperoleh hasil dari usahanya. Sebaliknya siapa yang malas, niscaya akan rugi dan tidak akan mendapatkan apa-apa.

Bertitik tolak dari isyarat tersebut, maka yang menjadi persoalan: sejauh mana aktivitas berusaha, bekerja dan bertindak menyesuaikan bakat dan fasilitas alam yang tersedia dalam rangka mencari Karunia Allah. Salah satu medan profesi yang menunggu mereka yang memiliki bakat dan skill adalah lapangan perdagangan.

Berlandaskan kepada falsafah hidup muslim, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku karena Allah”,[3] maka setiap usaha apapun yang halal tidak terlepas daripada tujuan memperoleh Ridha Allah Ta’ala. Demikianlah falsafah hidup saudagar muslim yang beriman dan bertaqwa, berniaga, berjual-beli atau melakukan gerak dalam bisnis, mata hatinya selalu terarah kepada tujuan filosofis yang luhur itu. Pada dasarnya mereka juga mencari untung dan laba sebagai mana saudagar-saudagar pada umumnya, tetapi tidaklah menjadikan keuntungan materil itu sebagai tujuan akhir. Keuntungan atau laba yang diperolehnya akan dijadikan sebagai sarana taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Suatu kenyataan kita hadapi di masyarakat, kontradiksi dari ajaran agama, berlangsungnya pergeseran etika dalam bisnis. Timbul gejala merosotnya rasa solidaritas, tanggung jawab sosial, dan tingkat kejujuran, saling curiga, sulit percaya kepada seorang pengusaha jika berhubungan untuk pertama kali. Kepercayaan baru timbul jika sudah terjadi transaksi beberapa kali. Gejala persaingan tidak sehat, penggunaan cek mundur dan cek kosong, utang menunggak tidak dibayar, penyogokan, saling mematikan diantara pesaing dengan cara membuat isue negatif terhadap lawan, komersialisasi birokrasi nampaknya merupakan hal biasa.

Seorang muslim bila menjual barang, harus dengan senang hati, gembira, ikhlas, dan memberikan kesan baik terhadap pembeli, begitu pula bila seorang muslim membeli barang, tidak membuat kesal si penjual, usahakan agar terjadi transaksi secara harmonis, suka sama suka, tidak bersitegang dengan penjual. Dalam hal menagih piutang, juga ada ajaran-ajaran yang bernilai sangat tinggi dalam Islam, jangan menekan, menghina, memeras, memaksa orang yang berutang.

Perilaku negatif yang dijumpai dalam kegiatan perdagangan merupakan merk yang melekat pada diri pedagang dan ini pula merupakan “image” negatif terhadap pedagang yang melekat di hati masyarakat kita pada umumnya. Masyarakat kita masih belum dapat menerima profesi dagang sebagai profesi elit. Profesi dagang masih dianggap pekerjaan rendah yang mungkin juga paling rendah. Mengapa? Karena sudah melekat dalam anggapan masyarakat bahwa pekerjaan dagang dilakukan dengan penuh trik, penipuan, ketidakjujuran, pelit, terlalu hitungan, dan pribadi yang terlibat di dalamnya, pribadi kurang utuh. Demikian anggapan masyarakat yang negatif, di samping pandangan yang positif. Memang demikian keadaannya jika menganggap pekerjaaan dagang bertujuan untuk mencari laba semata, maka segala cara untuk mendapat laba, dipraktekkan seperti yang banyak kita alami sehari-hari.

Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard of conduct), yang memimpin individu dalam membuat keputusan. Orang-orang bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya di masyarakat. Harus ada etika dalam menggunakan sumber daya yang terbatas, dan apa akibat dari pemakaian sumber daya tersebut, apa akibat dari proses produksi yang ia lakukan. Diharapkan orang bisnis, memiliki standar etika yang lebih tinggi di masyarakat, karena mereka langsung berhadapan dengan masyarakat, yang selalu mengawasi kegiatan mereka.

Banyak istilah lain yang senada dengan etika yaitu, akhlak, budi pekerti, perangai, tabiat, moral, sopan santun, adab, dan sebagainya. Uraian mengenai istilah ini, kita kutip pandangan Dr. Hamzah Ya’cub dalam bukunya “Etika Islam” (1991: 11-15). [4]

Akhlak berasal dari bahasa Arab, yang diartikan sama dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Pengertian akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan bathin.

Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan yang merupakan bagian dari filsafat. Menurut Webster Dictiondisismatisir tentang tindakan moral yang betul.

Letak perbedaan akhlak dan etika ialah, etika merupakan cabang dari filsafat yang bertitik tolak dari akal pikiran, sedangkan akhlak ialah suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk, berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Dalam keadaan seller’s market, artinya pasar dikuasai oleh penjual, di mana penjual yang berkuasa maka etika bisnis kurang diperhatikan. Keadaan seller’s market ini ditemukan pada negara-negara yang belum maju, barang dan jasa ditawarkan masih langka, sehingga para konsumen tidak dapat melakukan pilihan. Para penjualan atau produsen tidak memperhatikan selera konsumen, dan tidak memperhatikan servis yang memuaskan konsumen. Akibat yang berlarut-larut dari keadaan ini maka timbullah gerakan konsumerisme, yaitu suatu suatu gerakan protes dari konsumen karena mendapat perlakuan yang tidak memuaskan dari pihak produsen/penjual.

Ada tiga problema bisnis yang selalu mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat karena dapat mempengaruhi setiap konsumen dalam sistem bisnis kita adalah:[5]

1. Inflasi

Inflasi adalah suatu kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dalam perekonomian.

2. Produktivitas

Produktivitas adalah keluaran barang dan jasa per unit tenaga kerja. Untuk meningkatkan produktivitas, orang tidak cukup hanya dengan bekerja keras, tetapi juga memerlukan peralatan dan metode kerja yang lebih baik. Di samping itu juga diperlukan peningkatan investasi, riset dan pengembangan, dan teknik-teknik manajemen yang lebih maju.

3. Pengangguran

Pada umumnya pemutusan hubungan kerja ini terjadi karena perusahaan tidak mampu lagi membayar mereka sebagai akibat turunnya penghasilan (dari penjualan) secara drastis.

D. Penutup

Pengertian bisnis ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Falsafah hidup saudagar muslim yang beriman dan bertaqwa, berniaga, berjual-beli atau melakukan gerak dalam bisnis, mata hatinya selalu terarah kepada tujuan filosofis yang luhur yaitu “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku karena Allah.”

Akhlak berasal dari bahasa Arab, yang diartikan sama dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Pengertian akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan bathin.

Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard of conduct), yang memimpin individu dalam membuat keputusan. Orang-orang bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya di masyarakat

Ada tiga problema bisnis yang selalu mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat yaitu: inflasi, produktivitas, dan pengangguran.

DAFTAR PUSTAKA

Partanto, Pius A., M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1994

Alma, Buchari, Dr., Ajaran Islam dalam Bisnis, Alfabeta, Bandung, 1993

Ya’qub, Hamzah, Dr., H., Kode Etika Dagang Menurut Islam, CV. Diponegoro, Bandung,1999

Swasta DH, Basu, S.E., MBA., Ibnu Sukotjo W, S.E., Pengantar Bisnis Modern, Edisi III, Liberty, Yogyakarta, 1988

BISNIS DENGAN TUJUAN MENCARI PROFIT

BERDASARKAN KONSEP ISLAM

Makalah Mata Kuliah “Bahasa Indonesia”

Dosen: Drs. Ramlan A. Gani

Oleh :

ABDULLAH UBAY SIDIK

101081123 144

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UIN SYARIF HIDYATULLAH

JAKARTA

2002



[1] Pius A. Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1994, h. 77

[2] Dr. Buchari Alma, Ajaran Islam dalam Bisnis, Alfabeta, Bandung, 1993, h. 17

[3] Dr. H. Hamzah Ya’qub, Kode Etika Dagang Menurut Islam, CV. Diponegoro, Bandung,1999, h.41

[4] Dr. Buchari Alma, op-cit h. 50

[5] Basu Swasta DH, SE, MBA., Ibnu Sukotjo W, SE., Pengantar Bisnis Modern, Edisi III, Liberty, Yogyakarta, 1988, h. 22

Tidak ada komentar: