Rabu, 23 April 2008

Implikasi Tingkat Religiusitas

IMPLIKASI TINGKAT RELEGIUSITAS

Oleh : Nilawati, S.Psi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Umum Masalah

Pada dasarnya setiap orang normal senantiasa menginginkan dirinya menjadi orang berguna dan berharga baik bagi dirinya sendiri, keluarganya dan lingkungan masyarakatnya. Keinginan tersebut menggambarkan hasrat yang paling mendasar dari setiap manusia, yaitu hasrat untuk hidup bermakna.

Keinginan untuk hidup bermakna memang benar-benar merupakan motivasi utama bagi manusia, hasrat inilah yang mendasari berbagai kegiatan manusia, misalnya bekerja dan berkarya agar kehidupannya dirasakan berarti dan berharga. Hasrat untuk hidup bermakna merupakan suatu kenyataan yang benar-benar ada dan dirasakan dalam kehidupan setiap orang. Sebagai motivasi utama manusia, hasrat ini mendambakan diri menjadi pribadi yang bermartabat, terhormat dan berharga dengan kegiatan-kegiatan yang terarah kepada tujuan hidup yang jelas dan bermakna pula.

Hasrat untuk hidup bermakna akan menimbulkan perasaan bahagia, sebaliknya bila hasrat tidak terpenuhi akan mengakibatkan terjadinya kekecewaan hidup dan penghayatan diri tidak bermakna, dan bila berlarut-larut akan menimbulkan berbagai perasaan dan penyesalan diri yang menghambat pengembangan pribadi dan harga diri.

Makna hidup harus dicari dan ditemukan oleh diri kita sendiri. Ibadah merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk membuka pandangan seseorang akan nilai-nilai potensial dan makna hidup yang terdapat dalam diri dan sekitarnya.

Ibadah merupakan media ritual dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, melalui cara-cara yang diajarkan dalam agama. Ibadah yang dilakukan secara kehitmatan dan khusyu’, sering menimbulkan perasaan tentram, mantap dan sabar, bahkan sering menimbulkan perasaan seakan-akan mendapat bimbingan, dengan demikian menjalankan hidup sesuai dengan tuntunan agama.

Hidup di bawah naungan agama sangat indah dan nikmat yang tiada tara bandingannya, apalagi dengan memahami dan mempraktekkan isi kandungan al-Qur’an. Nikmat tersebut tidak diketahui oleh siapapun, melainkan orang yang merasakan.

B. Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini pernah diteliti oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri yang bernama Laila Rachmah dengan nomor NIM : 1971913377 dengan judul skripsi “Implikasi Hifzhul Qur’an Terhadap Kebermaknaan Hidup”.

C. Hipotesa, Pertanyaan, Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Hipotesa Penelitian.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka yang diuji kebenaran adalah sebagai berikut:

a. Hipotesa Alternatif (Ha)

Ada implikasi yang signifikan antara tingkat religiusitas terhadap kebermaknaan hidup.

b. Hipotesa Nol (Ho)

Tidak ada implikasi yang signifikan antara tingkat religiusitas terhadap kebermaknaan hidup.

2. Pertanyaan Spesifik.

Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis membuat pertanyaan spesifik sebagai berikut:

v Unsur-unsur apakah yang terkandung dalam kebermaknaan hidup?

v Apakah tingkat religiusitas berimplikasi terhadap makna kehidupan bagi pelakunya?

3. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai implikasi peningkatan religiusitas terhadap kebermaknaan hidup seseorang.

4. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran wacana Psikologi., khususnya yang berwawasan Islam, mengenai implikasi tingkat religiusitas terhadap kebermaknaan hidup.

Dan harapan pula penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pembaca untuk dapat lebih memaknai hidupnya dengan berbagai metode yang telah ada, khususnya melalui peningkatan religiusitas.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Penelitian (Pendapat Para Ahli Sebelumnya)

Istilah religiusitas cukup akrab dengan beberapa padanan katanya, seperti sering ditemukan dalam istilah Religi (religion), Agama dan Din. Harun Nasutian (1978) menjelaskan bahwa religi berasal dari bahasa Latin Relegare yang berarti mengumpulkan atau membaca, dan Religare yang berarti mengikat. Dalam arti bahwa agama merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan sifatnya mengikat bagi manusia yaitu ikatan roh manusia dan Tuhan.

Dalam pengertian Glock dan Stark (1970) agama atau religion adalah sistem simbol, sistem kayakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.

B. Kerangka Berfikir

Makna hidup merupakan seluruh kayakinan dan cita-cita paling mulia yang seseorang miliki. Dengan kayikan itu pula, seseorang dapat menjalankan misi kehidupan melalui sikap dan perilaku yang bertanggung jawab dan berbudi luhur.

Kesadaran akan kematian membuat setiap orang memahami makna hidup dan berfikir secara positif. Dengan demikian ia akan menempuh hidup ini dengan penuh optimis menuju satu anjuran akhir yang pasti, bertemu dengan Allah yang ia cintai dan mencintainya, Amin.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada implikasi peningkatan religiusitas terhadap kebermaknaan hidup. Sedangkan dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan metode wawancara untuk mengetahui data kualitatif.

B. Seleksi Sampel Dan Etika Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Non Probability Sampling, yaitu menggunakan metode Purposive Sampling. Metode ini digunakan karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana. Sehingga tidak dapat mengambil sampel dalam jumlah yang besar. Selain itu juga metode ini sesuai dengan tujuan penelitian, dimana pengambilan sampel tidak didasarkan atas strata, random atau daerah.

Adapun etika dalam penelitian ini, penulis melakukan pembuatan proposal untuk penelitian, untuk mengajukan surat izin penelitian di tempat yang bersangkutan.

C. Instrument Penelitian

Untuk memudahkan pengumpulan data, maka peneliti membutuhkan instrumen yang akan digunakan selama wawancara berlangsung, dalam hal ini yaitu pedoman wawancara, lembar observasi dan catatan subyek dan alat perekam (tape rocorder).

Pedoman wawancara digunakan agar didapatkan data yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Selain itu pedoman wawancara sebagai instrumen untuk melaksanakan kategorisasi jawaban sehingga memusatkan analisis.

D. Time Line

1. Tanggal 23 Desember 2002 mengajukan proposal pada responden.

2. Tanggal 27 Desember 2002 mengadakan wawancara pada kedua responden.

3. Tanggal 28 Desember 2002 merancang hasil penelitian.

4. Tanggal 30 Desember 2002 membaca buku di perpustakaan UIN.

5. Tanggal 4-5 Januari 2003 menulis hasil penelitian.

6. Tanggal 6 Januari 2003, mengetik hasil penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini berisi deskripsi dan analisis dari penelitian ini. Hasil dan analisis akan dilakukan setiap sampel, kemudian akan digambarkan hasil dan analisisnya secara umum yang merangkum dari setiap sampel.

A. Deskripsi Hasil

Penelitian ini hanya melibatkan 2 orang subyek penelitian. Berikut ini penulis kemukakan gambaran umum mengenai diri dan pengalaman subyek dalam bentuk deskripsi hasil penelitian.

Kasus I

Nama : HR

Usia : 50 Tahun

Status : Berkeluarga

Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : Guru

Suku Bangsa : Betawi

HR adalah seorang laki-laki yang telah berkeluarga dengan memiliki 3 orang anak. Anak pertama seorang laki-laki berusia 27 tahun, anak kedua laki-laki berumur 24 tahun, sedangkan yang terakhir anak perempuan berumur 19 tahun.

Kehidupan saya sehari-hari tak ubahnya seperti yang lainnya. Namun, bagi saya teramat penting adalah menjalankan sholat lima waktu. Karena ia berperan sebagai alat pengingat yang memberitahukan tentang berjalannya waktu. Ia tak ubahnya sebuah program yang menyadarkan kita pada kenyataan bahwa hari-hari yang kita jalani akan di hisab, karena kehidupan ini hanya sementara.

Bagi saya agama adalah segalanya. Agama adalah pedoman untuk kehidupan kita di dunia, agar kita selamat dunia maupun akhirat. Jika kita mendalami agama niscaya kita akan terarahkan pada norma-norma yang baik, sehingga kehidupan yang kita jalani berjalan dengan baik.

Manfaat mendekatkan diri kepada Allah adalah memberi ketenangan jiwa, jika kita merasa dekat dengan Allah, maka dalam hidup sehari-hari kita merasa terawasi oleh-Nya, sehingga kita tidak akan melanggar perintahnya.

Perubahan itu tentu saja ada, karena sebelum saya merasa bahwa hidup saya bermakna, saya selalu masih kurang berarti dalam segala hal dan tidak memiliki tujuan hidup. Akan tetapi ketika saya sudah menyadari makna kehidupan ini, saya lebih tekun lagi beribadah, memiliki hidup untuk bahagia dunia dan akhirat. Dan saya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarga dan masyarakat.

Arti diri saya bagi saya sendiri adalah bahwa saya mempunyai zat yang memiliki saya, sehingga suatu saat nanti saya pasti akan bertemu dan akan dimintai pertanggung jawaban, sehingga pada masa saya hidup sekarang saya harus berbuat baik agar tidak mendapat ganjaran kelak.

Hubungan saya dengan keluarga dan masyarakat cukup baik, karena mereka semua (terutama keluarga) selalu memberi motivasi atas semua karir saya dalam segi postif. Bagi saya keluarga amat berarti, masyarakat pun demikian, saya berusaha memberikan yang terbaik buat keluarga dengan memberikan potensi yang ada pada diri saya.

Bagi saya kesulitan dalam hidup adalah sebuah kerikil-kerikil kehidupan yang tetap harus dijalani sehingga tidak berlarut-larut, dengan cara ikhtiar dan do’a.

Kasus II

Nama : ZF

Usia : 38 tahun

Status : Berkeluarga

Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : Guru Mengaji (Ustadzah)

Suku Bangsa : Sunda

ZF adalah seorang wanita yang telah berkeluarga. Ia menikah dengan seorang laki-laki yang hafal al-Qur’an. Ia mempunyai dua orang anak, anak pertamanya seorang perempuan berumur 18 tahun, sedangkan yang kedua anaknya laki-laki berumur 12 tahun.

Bagi seorang wanita yang sudah berkeluarga, maka kehidupan sehari-harinya pasti tercurah untuk suami dan anak-anaknya. Jadi, keseharian saya hanya untuk mengabdi pada keluarga, namun di samping itu saya pun mengabdi pada masyarakat dengan mengajar mengaji setiap sore hari.

Yang menjadi pendorong saya untuk menekuni agama adalah agar mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Dan kunci dari semua itu adalah taqwa, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Itu semua sangat saya rasakan manfaatnya. Dengan menekuni agama saya merasa hidup saya penuh dengan makna. Bagi saya kedekatan kepada Allah merupakan sebaik-baiknya keadaan yang harus ditempuh umat manusia. Dengan mengingat Allah, kita akan mengetahui tempat yang akan kita tuju kelak, agar meraih kesempurnaan.

Setelah saya meningkatkan iman dan taqwa saya kepada Allah, saya lebih menghayati makna kehidupan ini. Berbeda dengan sebelumnya, saya selalu menjalani hidup apa adanya saja tanpa tujuan yang pasti.

Diri saya bagi saya sendiri tak ubahnya seperti sebuah titipan, yang mana pada suatu saat akan diminta oleh pemiliknya. Namun saya harus tetap bertanggung jawab dengan cara bertaqwa.

Hubungan saya dengan keluarga dan masyarakat cukup baik, karena bagi saya keluarga adalah bagian dari diri saya, sebagai seorang wanita saya selalu berusaha menjadi istri yang sholeha. Dan mudah-mudahan pengabdian yang saya berikan selama ini pada masyarakat dapat menjadi bekal untuk kehidupan mereka mendatang, Amin.

Bagi saya kesulitan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah irama kehidupan yang tetap harus didengar dengan cara berikhtiar dan berdo’a. Karena saya percaya pada setiap kesukaran pasti ada kemudahan.

B. Analisis Hasil

Data-data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, penulis analisis secara kualitatif, yaitu menggambarkan data dengan kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori tertentu agar memperoleh kesimpulan.

Indikator-indikator yang menunjukkan bahwa kehidupan yang HR jalani bermakna adalah sebagai berikut:

v Memilki tujuan hidup sebagai upaya memperoleh kebahagian di dunia maupun di akhirat.

v Hubungan yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat, karena ia dapat menyesuaikan dirinya.

v Keluarga sangat dirasakan berarti. Apapun akan diberikan untuk keluarga baik berupa perhatian, harta, dan lain-lain.

v Menganggap seluruh perjalanan hidupnya sebagai amal jariyah untuk akhirat.

v Menghadapi kesulitan hidup dengan ikhtiar dan do’a agar dapat keluar dari kemelut yang ada. Penderitaan ditanggapi sebagai liku-liku hidup, dan tidak ingin berlarut-larut di dalamnya.

v Kehidupan dimaknai sangat indah dengan senantiasa meningkatkan religiusitas terhadap Allah Swt.

Sedangkan indikator-indikator yang menunjukkan bahwa kehidupan yang ZF jalani bermakna adalah sebagai berikut:

v Memiliki tujuan hidup yang jelas, yaitu bahagia dunia dan akhirat.

v Merasa bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat sekitar. Ingin mengabdikan dirinya untuk keluarga (wanita sholeha).

v Merasakan ketenangan dalam menjalani kehidupan, karena Allah senantiasa memberikan kemudahan baginya.

v Memutuskan suatu masalah dengan jalan merenungi, meminta pertimbangan orang lain dan melakukan Sholat Istikhoroh.

v Menghadapi kesulitan hidup dengan berikhtiar dan berdo’a. Karena ia percaya bahwa Allah pasti akan menunjukkan jalan keluar yang terbaik.

v Menghadapi masa yang akan datang dengan lebih matang lagi, dengan senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Swt.

BAB V

KESIMPULAN

A. Interpretasi Setiap Hasil

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ada implikasi tingkat religiusitas terhadap kebermaknaan hidup dengan kesimpulan sebagai berikut:

v Unsur-unsur kebermaknaan hidup meliputi tujuan hidup yang jelas yaitu bahagia dunia dan akhirat, merasa bertanggung jawab terhadap diri, keluarga, masyarakat dengan berinteraksi dan menyebarluaskan ajaran agama.

v Tingkat religiusitas ternyata berimplikasi terhadap kebermaknaan hidup seseorang, yang terungkap sebagai berikut:

Ø Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bukan sekedar dibaca, melainkan juga memahami, menghayati dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an yang ternyata memiliki kehidupan yang bermakna.

Ø Menjadi terjaga dari perilaku yang tidak baik karena menyadari mempunyai misi untuk menjaga agama. Sehingga memberi ketenangan dalam menghadapi kesulitan hidup. Sehingga jika ada kesulitan hidup, kemudahan senantiasa diberikan Allah.

v Memiliki motivasi untuk mendalami agama disebabkan ada faktor pendukung dari keluarga dan lingkungan sekitar.

v Makna hidup sebagai proses memperoleh tujuan hidup senantiasa matang pada tingkat religiusitas disebabkan faktor usia dan pengalaman hidup dengan disertai motivasi internal untuk mewujudkannya, dan do’a yang ditujukan kepada Allah sang pencipta semesta alam ini.

B. Implikasi Untuk Masa Datang

Untuk siapapun yang ingin memiliki kehidupan yang bermakna dapat memperolehnya dengan meningkatkan religiusitas karena dengan hal tersebut dapat termotivasi untuk berakhlak menurut al-Qur’an, dihadapan Allah maupun dihadapan manusia dan mendapatkan kenikmatan di dunia maupun di akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaluddin. (1994). Psikologi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Al-Miskawaih. (1999). Menuju Kesempurnaan Akhlaq. Bandung : Mizan.

Ardani, Muhammad. (2001). Nilai-nilai Akhlaq/Budi Pekerti dalam Ibadat. Jakarta Karya Mulia.

Daradjat, Zakiah. (1996). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang.

Daradjat, Zakiah. (1999). Kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Agung.

Mujib, Abdul. (2001). Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar: