Rabu, 23 April 2008

Stress !!

STRESS

Oleh : BUNYANAH, S.Psi

PENDAHULUAN

Salah satu sumbangan pertama dalam penelitian tentang stress adalah deskripsi Cannon tenteng respon fight-or-flight pada tahun 1932. Cannon berpendapat bahwa ketika organisme merasakan adanya suatu ancaman, maka secara cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem syaraf simpatetik dan endokrin. Respon fisiologis ini mendorong organisme untuk menyereng ancaman tadi atau melarikan diri.

Barangkali sumbangan yang paling penting dalam bidang stress adalah apa yang dilakukan oleh Hans Seyle pada tahun 1936 tentang General Adaptation Syndrome (GAS). Menurutnya, ketiak organisme berhadapan dengan stresor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikan aktivitas sistem syaraf simpatik. Tanpa memperhatikan penyebab dari anacaman, individu akan merespon dengan pola reaksi fisiologis yang sama. Selebihnya, dengan mengulangi atau memperpanjang stress, sehingga akan melicinkan dan mematahkan sistem.

PENDEKATAN-PENDEKAN STRESS

Menurut beberapa penulis stress dapat dikonseptualisasikan dari berbagai macan titik pandang.

Ø Stress sebagai ‘Stimulus’

Pendekan pertama menitikberatkan pada lingkungan dan menggambarkan stress sebagai suatu stimulus atau stress sebagai variabel bebas. Contoh kejadian pada orang-orang yang mempunyai pekerjaan dengan tingkat stress yang tinggi. Orng-orang yang demikian ini akan merasa tegang dan tidak enak. Kejadian atau lingkungan yang menimbulkan perasaan tegang, disebut sebagai stresor. Dengan memfokuskan pada stressor sebagai dimensi dasar dalam proses stress, riset mencoba membedakan kejadian dalam hidup dan pertengkaran sehari-hari yang diperkirakan akan banyak atau kurang mengandung stress bagi kelompok yang diteliti.

Ø Stress sebagai ‘Respon’

Pendekatan yang kedua memfokuskan pada reaksi seseorang terhadap stressor dan menggambarkan stress sebagai suatu respon atau stress sebagai ‘variabel tergantung’. Contoh seseorang akan merasa stress bila disuruh memberikan pidato didepan suatu pertemuan. Respon yang dialami itu mengandung dua komponen, yaitu komponen psikologis, yang meliputi: prilaku, pola pikir, emosi dan perasaan stress; dan komponen fisiologis, berupa rangsangan-rangsangan fisik yang meningkat, seperti jantung berdebar-debar, mulut menjadi kering, perut mules, badan berkeringat. Respon-respon psikologis dan fisiologis terhadap stressor ini disebut juga strain atau ketegangan.

Ø Stress sebagai interaksiantara individu dengan lingkungan

Pendekatan ketiga menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan. Interaksi antara manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut sebagai hubungan transaksional. Sesuai dengan pendekatan ini, terdapat macam-macam definisi tentang stress. Sarafino mendefinisikan stress sebagai “ … suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psiologis dan sosial dari seseorang…”. Dari definisi diatas, terdapat suatu konsep dasar yang sama, sebagaimana yang disimpulkan oleh Sutherland & Cooper yaitu;

  1. Penilaian kognitif. Stress adalah pengalam subyektif yang mungkin didasarkan atas persepsi terhadap situasi yang tidak semata-mata tampak dilingkungan.
  2. Pengalaman. Suatu situasi yang tergantung pada tingkat keakraban dengan situasi, keterbukaan semula, proses belajar, kemampuan nyata dan proses reinforcement.
  3. Tuntutan. Tekanan, tuntutan, keinginan atau rangsangan-rangsangan yang segera sifatnya yang mempengaruhi cara-cara tuntutan yang dapat diterima.
  4. Pengaruh Interpersonal. Ada tidaknya seseorang, faktor situasional dan latar belakang mempengaruhi pengalaman subyektif, respon dan perilaku coping. Hal ini dapat menimbulkan akibat positif dan negatif.
  5. Keadaan stress. Ini merupakan ketidak seimbangan antara tuntutan yang dirasakan dengan kemampuan yang dirasakan untuk menemukan tuntutan tersebut.

Ø Penilaian psikologis terhadap stress

Model stress yang sekarang, seperti model interaktif, tidak hanya memfokuskan pada faktor biomedis saja, tetapi juga faktor psikososial. Salah satu faktor psikososial ini adalah ‘representasi’ atau ‘penilaian’ terhadap suatu ancaman. Richard Lazarus mengatakan bahwa ketika individu berhadapan dengan lingkungan uang baru atau berubah lingkungan, mereka melalukan proses penilaian awal untuk menentukan arti dari kejadian tersebut. Kejadian-kejadian tersebut dapat dirasakan sebagai hal yang positif, netral atau negatif. Setelah penilaian awal terdapat hal-hal yang mempunyai potensi untuk terjadinya stress itu dilakukan, penilaian sekunder akan muncul. Penilaian sekunder adalah pengukuran terhap kemampuan coping dan sumber-sumbernya, serta apakah mereka akan bisa atau tidak menghadapi kerusakan, ancaman dan tantangan terhadap kejadian.

SUMBER-SUMBER STRESS

Sumber stress dapat berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan manusia tetapi kondisi stress juga dapat terjadi di setiap saat sepanjang kehidupan.

Ø Sumber-sumber stress di dalam diri sendiri

Kadang-kadang sumber stress itu ada didalam diri seseorang. Salah satunya melalui kesakitan. Tingkat stress yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu (surafino, 1990). Stress juga akan muncul dalam seseorang melalui penilain dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stress yang utama. Menurut teori Kurt Lewin, kekuatan motivasional yang melawan menyebabkan dua kecenderungan yang melawan: pendekatan dan penghindaran. Cenderungan tersebut menggolongkan tiga jenis pokok dari konflik yaitu: konflik pendekatan, penghindaran dan konflik pendekatan dan penghindaran.

Ø Sumber-sumber stress di dalam keluarga

Stress disini dapat bersumber dari interaksi diantara para anggota keluarga, seperti: perselisuhan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh, tujuan-tujuan yang saling berbeda. Misal perbedaan keinginan tentang acara televisi yang akan ditonton, perselisihan antara orang tua dengan anak-anaknya yang menyetel tape-nya keras-keras, tinggal di suatu lingkungan yang sesak, kehadiran adik baru. Khusus pada penambahan adik baru ini, dapat menimbulkan perasaan stress terutama pada diri ibu yang selama kehamilan dan setelah kelahiran.

Ø Sumber-sumber stress di dalam komunitas dan lingkungan

Interaksi subyek diluar lingkungan melengkapi sumber-sumber stress. Contohnya peengalaman stress anak-anak di sekolah dan dibeberapa kejadian kompetitif, seperti olah raga. Sedangkan beberapa pengalaman stress orang tua bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stressful sifatnya.

Ø Sumber-sumber stress dalam pekerjaan

Hampir semua orang didalam kehidupan mereka mengalami stress sehubungan dengan pekerjaan mereka. Beberapa aspek kerja yang lain dapat meningkatkan stress pekerja. Menurut Sarafino (1990) stress kerja dapat disebabkan karena:

a. Lingkungan fisik yang terlalu menekan, seperti kebisingan, temperatur atau panas yang terlalu tinggi, udara yang lembab, penerangan dikantor yang kurang terang.

b. Kurangnya kontrol yang dirasakan

c. Kurangnya hubungan interpersonal

d. Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja. Para pekerja akan merasa stress bila mereka tidak mendapatkan promosi yang selayaknya mereka terima.

PENDEKATAN STRESS PERKEMBANGAN

Menurut Goodyer (1988), organisme manusia menemukan kejadian-kejadian hidup yang penuh stress dari waktu kehamilan. Setiap tahap perkembangan manusia dihadapkan pada tuntutan lingkungan yang spesifik, sehingga ada stressor-stressor yang spesifik. Disamping itu, untuk tahap perkembangan yang berbeda, stressor yang sama dapat mempunyai arti yang berbeda.

Hurrelman & Losel (1990) menjelaskan stress sebagai suatu keadaan tegang secara biopsikososial karena banyaknya tugas-tugas perkembanganyang dihadapi orang sehari-hari, baik dalam kelompok sebayanya, keluarga, sekolah, maupun pekerjaan. Oleh karena itu, mereka mencoba untuk menentukan jenis stressor yang paing penting sebagai faktor beresiko yang potensial di dalam tiga tahap kehidupan yang utama yaitu masa kanak-kanak, remaja dan remaja.

Sejak individu dilahirkan, dan sepanjang tahun pertama kehidupannya, banyak hal yang terjadi dalam perkembangannya, yang jelas penuh ketegangan (Lipsitt, 1983). Perpisahan sebagai stressor, dan kedekatan untuk mengurangi stress, telah digambarkan secara luas.

Pada pertengahan masa kanak-kanak pengaruh lingkungan, khususnya keluarga, terus memainkan peranan penting baik dalam melindungi anak dari kondisi stress ataupun menjadi penyebab terjadinya stress. Dalam tahap perkembangan ini anak-anak mengalami peningkatan jumlah respon dan strategi coping terhadap pengalaman yang penuh stress (Goodyer, 1988)

Remaja, seperti halnya mereka yang berada pada pertengahan masa kanak-kanak, juga diekpos untuk kejadian hidup yang penuh stress. Bedanya adalah jenis kejadiannya lebih pribadi dan tidak terlalu melibatkan anggota keluarga.

Orang dewasa mempunyai jenis tugas yang berbeda yang harus mereka hadapi. Tugas menjadi orang tua (kehamilan, kelahiran, pertumbuhan anak-anak), bekerja dan kemudian pensiun kematian pasangan dan teman adalah beberapa contoh yang nenonjol.

Dafatr-daftar pengalaman yang dapat menimbulkan situasi kritis bagi anak-anak telah dibuat.

a. Kematian orang tua

b. Tidak naik kelas

c. Kekerasan fisik antara orang tua

d. Ketahuan karena mencuri

e. Dicurigai karena berbohong

f. Dihukum oleh guru

g. Mengalami operasi

h. Kehilangan

i. Ditertawakan di muka kelas

j. Pindak kelas

k. Mengalami mimpi buruk

l. Tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah

m. Disiplin sebagai anggota terakhir dalam suatu tim

n. Anggota tim yang mengalami kekalahan dalam suatu pertandingan

Tidak ada komentar: