Rabu, 23 April 2008

Membangun Akhlak Manusia

MEMBANGUN AKHLAK MANUSIA

Akhlak merujuk kepada 'keadaan' atau 'suasana' jiwa seseorang, bukan perbuatan yang dapat ditonton. 'Suasana kejiwaan' mempunyai beberapa ciri khusus untuk melayakkannya dikategorikan sebagai akhlak, iaitu 'kekukuhan' dan 'sebati' serta berupaya memunculkan perbuatan secara spontan dan mudah'. Misalnya, seseorang yang hanya bersikap pemurah dengan mengeluarkan derma atau sedekah setelah memikirkan kemungkinan kedudukannya di mata masyarakat akan terjejas kalau tidak bersikap demikian, tidak layak digelar pemurah.

Ruang lingkup semantik istilah akhlak tidak pernah memberi haluan kepada sikap hipokrit dan lakonan. Akhlak mestilah asli, yang benar-benar muncul dari dasar diri seseorang yang sudah sedia memantapkan sifat atau sikap yang secara spontan terpamer bila jua tanpa mengira suasana dan keperluan tertentu. Perkara inilah sebenarnya yang menjadi ciri penentu yang menunjangi konotasi akhlak.

Oleh karena persoalan akhlak merupakan persoalan batin seseorang, Imam Al-Ghazali menjelaskan persoalan berkenaan dengan membuat tamsil perbandingan dengan aspek zahir manusia bagi memudahkan kefahaman. Menurut beliau, batin manusia memerlukan gabungan beberapa unsur untuk berupaya tampil mempamerkan keindahan dan kecantikannya. Aspek batin yang indah dan cantik itulah yang melahirkan perlakuan akhlak yang baik dan mulia.

Unsur yang dimaksudkan di atas adakah merujuk kepada empat kekuatan yang ada dalam diri manusia yaitu daya ilmu, daya marah, daya syahwat dan daya keadilan serta kesederhanaan. Apabila setiap unsur berkenaan berada dalam keadaan baik dan wajar di dalam diri seseorang, sehingga unsur keadilan dapat memaksakan kekuatannya ke atas ketiga unsur lain maka akan menghasilkan akhlak yang baik dan mulia pada diri seseorang. Manusia akan berkelakuan baik di tengah-tengah masyarakat, apabila daya marahnya dan kekuatan syahwatnya ditundukkan oleh petunjuk akal dan syarak.

Rasulullah saw memberi penekanan kepada Tarbiyah Jiwa/ Dhomir / Al Wijdaan dan tarbiyah akhlak dan budi pekerti berteraskan keimanan/tauhid; karena inilah asas sebenarnya bagi pembinaan ummah yang menjamin masyarakat dan Daulah dari berlaku penyelewengan, kezaliman dan kerusakan. Ilmu perlembagaan, dan undang-undang serta deen undang-undang serta peratusan semata-mata belum cukup untuk membina ummah tanpa dididik jiwa dan akhlaq masyarakat. Sehubungan ini Al Quran telah menegaskan dalam surah Al Ra' ad ayat 11, maksudnya"Sesungguh Allah SWT tidak mengubah apa yang terdapat pada sesuatu kaum itu sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam jiwa mereka.'

Akhlak yang baik hanya dapat dimiliki apabila seseorang itu berupaya mengembangkan dan membawa potensi diri yang dimiliki - daya ilmu, daya marah, daya syahwat, daya keadilan - ke arah yang diredai oleh akal murni dan syarak. Umumnya, yang dimaksudkan dengan akhlak yang baik adalah apa jua perlakuan manusia, hasil terjemahan keadaan yang sudah ada di dalam dirinya dan perlakuannya yang muncul dan mestilah juga sesuai dengan kehendak syarak dan akal murni manusia.

Akal dan syarak kita rujuk oleh Imam Al-Ghazali di atas adalah sebagai piawai dan pengukur kepada kebaikan dan keburukan seseorang. Ini bermakna bahwa pengukuran kualitas akhlak ditentukan oleh akal dan syarak. Kedua-duanya menjadi sumber rujukan perlakuan akhlak manusia. Apa jua yang baik dalam ukuran syarak dan akal, dikategorikan sebagai akhlak yang baik, begitu juga sebaliknya. Bertolak dari inilah, keseluruhan sistem akhlak didasari oleh dua asas yaitu asas Ilahi dan asas kemanusiaan.

Asas Ilahi sebenarnya aspek syarak manakala asas kemanusiaan merujuk kepada aspek akal. Kedua-dua aspek berkenaan memberi citra kepada keseluruhan sistem akhlak dalam Islam. Tidak ada satu ruang pun dalam keseluruhan kehidupan manusia yang ada jurang vakum dan tidak dijejaki oleh sistem nilai yang diberi oleh sistem akhlak Islam.

Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim.

1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)

Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam" (QS. 6:162). Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da'wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.

2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)

Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: "Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat". Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)

Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur'an. Allah berfirman yang artinya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung" (QS. 68:4).

4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)

Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)

5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)

Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur'an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: " pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir" (QS 2:219)

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.

Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.

Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: "samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?"', sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". (QS 39:9)

6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)

Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)" (HR. Hakim)

7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)

Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.

Sungguh beruntung bagi siapapun yang dikaruniai kepekaan untuk mengamalkan aneka pernik peluang kebajikan yang diperlihatkan Allah SWT kepadanya. Beruntung pula orang yang dititipi Allah aneka potensi kelebihan sekaligus kesanggupan memanfaatkannya untuk kemaslahatan umat manusia. Hal ini karena derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari sejauh mana dirinya punya nilai manfaat bagi orang lain.

Sabda Rasulullah SAW: "Khairunnas anfa'uhum linnas" (Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain)" (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits ini seakan mengatakan bahwa jikalau ingin mengukur sejauhmana derajat kemuliaan akhlak kita, maka ukurlah sejauhmana nilai manfaat diri kita ini?

Sistem akhlak Islam yang mengawal keseluruhan perjalanan sistem hidup Islam adalah cukup lengkap dan sempurna, asalkan umat Islam sanggup menjadi manusia dinamik dan kritis serta kreatif menggunakan potensi akal mereka. Manusia diberi peruntukan yang cukup oleh Islam untuk bergerak bebas, asalkan tidak melimpasi kerangka besar sistem Ilahi yang terencana secara konkrit menerusi kehadiran wahyu dan pengutusan Rasul.

Proses pendidikan atau pembentukan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang berakhlak mulia. Akhlak yang mulia akan terwujud secara kukuh dalam diri seseorang apabila setiap empat unsur utama kebatinan diri iaitu daya akal, daya marah, daya syahwat dan daya keadilan, berjaya dibawa ke tahap yang seimbang dan adil sehingga tiap satunya boleh dengan mudah mentaati kehendak syarak dan akal. Namun apa yang perlu diberikan perhatian ialah bagaimana keseimbangan berkenaan dapat dicapai?

Beberapa deskripsi tentang pribadi muslim yang kaffah yang harus diketahui oleh seorang muslim, antara lain:

1. Lurus aqidahnya

Kelurusan akidah merupakan pokok terpenting bagi pribadi muslim. Demikian pula yang dilakukan Rasulullah SAW pertama kali dapat ditelusuri bahwa ayat-ayat Al Qur’an Makiyyah turun selama 13 tahun yang menjelaskan kalimat Laailaaha illallah. Yang demikian itu karena din ini seluruhnya tegak di atas kalimat Laa ilaaha illallah. Memahamkan pada manusia bukan membuat tertarik pada cabang-cabang Islam saja, namun dengan pemahaman akidah dalam hati mereka yang kemudian secara otomatis akan melaksanakan segala syariatnya.

2. Benar Ibadahnya

Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa perkataan, kepasrahan, dan ketundukan yang sempurna serta membebaskan diri dari segala yang bertentangan. Dengan demikian serang muslim harus paham bahwa ibadah kepada Allah merupakan kebutuhan dan kepentingan manusia, baik ibadah khusus (khashah), shalat, puasa, zakat, dsb. Ataupun ibadah umum (ammah), menuntuk ilmu, jual beli, dsb. Seorang muslim dalam beribadah haruslah benar yaitu niat ikhlas karena Allah dan berdasar atas syariat Islam.

3. Terpuji Akhlaknya

Islam mengatur dalam segala aspek dari mulai bangun tidur smpai pada pagi berikutnya. Sehingga gerak langkah seorang muslim senantiasa indah karena mengikuti irama kehidupan yang diatur oleh Allah SWT. Seorang muslim yang berakhlak membawa dampak tidak hanya pada dirinya sendiri tapi juga lingkungan sekitar. Sehingga nantinya akan tercipta umat yang berakhlak mulia. Kesempurnaan iman seseorang dapat dilihat dari kualitas akhlaknya.

4. Berwawasan Luas

Wawasan disini bermaksud senantiasa memikirkan sesuatu yang membangun, memperbaiki bukan membuat hal yang tidak berguna, dan menjauhkan diri dari sifat yang merendahkan. Karena pentingnya berwawasan luas inilah maka setiap muslim diwajibkan untuk senantiasa menuntut ilmu, baik ilmu keagamaan maupun ilmi-ilmu alam dan ilmu yang lainnya.

5. Kuat Fisiknya

Rasulullah bersabda “ Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah pada keduanya ada kebajikan” (HR. Muslim) Rasulullah telah menegaskan pentingnya pembentukan badan yang sehat dan menjaga dari berbagai penyakit. Kewajiban dan tanggung jawab pribadi muslim ideal tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya badan/fisik yang sehat.

kejayaan umat Islam di atas kita ketahui berama bahwa Islam tegak dan jaya hingga mampu menebar rahmat di seluruh alam semesta ini dengan menjalankan Al-Qur’an dan Sunah Rasul, hingga peradaban tegak di atas Akidah yang kukuh dihiasi indahnya akhlak umatnya. Sudah menjadi fitrah manusia yang selalu terlena, oleh nikmat dunia dengan harta dan kekuasaan, dibalik kejayaan Islam saat itu ternyata umat Islam terlena hingga lambat laun jauh dari Al-Qur’an, mereka saat itu tenggelam oleh kemewahan harta dan perebutan kekuasaan.

Akhlak manusia itu sebenarnya boleh diubah dan dibentuk. Orang yang jahat tidak semestinya akan selamanya jahat, begitu juga secara logiknya seekor binatang yang ganas dan buas boleh dijinakkan dengan latihan dan asuhan. Maka manusia yang berakal boleh diubah dan dibentuk perangainya atau sifatnya. Setentunya usaha sedemikian memerlukan usaha yang gigih untuk menjamin terbentuknya akhlak yang mulia.

Sememangnya usaha yang disebutkan di atas hanya akan dapat dicapai melalui kesungguhan dalam melaksanakan usaha berkenaan dan juga latihan. Dengan yang demikian akhlak memerlukan kemantapan dan kesebatian sesuatu sifat di dalam diri seseorang. Dengan yang demikian berlatihlah melakukan sesuatu akhlak yang hendak dibentuk, iaitu suatu pendekatan yang memang disarankan. Dalam latihan berkenaan seseorang itu hendaklah bersemangat dan bersungguh-sungguh, kerana sifat tertentu mudah bertapak kukuh dalam diri seseorang melainkan setelah dipupuk secara sempurna dan diberikan pengukuhan tertentu. Semua sifat akhlak terpuji boleh dibentuk dengan menggunakan dua cara berkenaan iaitu kesungguhan dan latihan.

Proses berkenaan perlu dimulakan dengan mengenal pasti nilai akhlak yang hendak dibentuk dan apabila kepastian sudah diperolehi, proses kesungguhan dan latihan perlu dilaksanakan bagi memastikan kejayaan pembentukan akhlak berkenaan.

Dalam konteks negara kita yang giat berusaha mengatasi cabaran sosial dan krisis moral, kita memerlukan pemupukan dan pembajaan akhlak agar ia menjadi kukuh dan sebati dalam diri seseorang. Kita juga jelas perihal nilai akhlak yang hendak ditanam dan dipupuk, khususnya dalam persekitaran masyarakat kita yang majmuk.

Sebenarnya jumlah nilai yang perlu diterap dan dihayati adalah banyak. Antaranya yang perlu kita utamakan ialah nilai-nilai baik hati, berdikari, berhemah tinggi, hormat-menghormati, kasih sayang, keadilan, kebebasan, kebersihan fizikal dan mental, keberanian, kejujuran, kerjasama, kesederhanaan, kesyukuran, rasional dan semangat bermasyarakat ditambah lagi dengan kesungguhan dan iltizam yang tinggi dan kental menggunakan unsur kesungguhan dan latihan.

Satu hal yang harus diingat: Penyeab utama dari masih berlangsungnya berbagai kekejaman, pertikaian, dan penderitaan umat manusia pada umumnya adalah merajalelanya sikap tidak beriman kepada Tuhan, yang menjangkit secara ideologis. Cara menghadapi semua ini adalah mengalahkan sikap tersebut secara ideologis, serta menyampaikan berbagai sisi menakjubkan tentang ciptaan Allah, dan akhlak Al Qur’an untuk sungguh-sungguh dijadikan pegangan hidup manusia. Jika kita lihat keadaan dunia kini, yang menjerumuskan manusia semakin cepat ke dalam lingkaran kekerasan, kerusakan akhlak dan pertikaian, tampak jelaslah bahwa upaya ini harus dilaksanakan dengan cepat dan berhasil guna – sebelum terlambat.

Pihak di luar Islam (kafir) yang tidak menghendaki Islam yaitu adanya invasi pemikiran. Kekalahan beruntun pasukan kaum kafir dalam perang salib memberikan pelajaran kepada mereka untuk mencari strategi lain yang lebih jitu untuk memerangi kaum muslimin. Karena itu, kaum kafir saat ini menyerang kaum muslimin dari sisi aqidah dan akhlak. Setelah rusak aqidah dan akhlaknya, mudahlah bagi kaum kafir untuk mengendalikan kaum muslimin. Target akhir dari invasi pemikiran adalah agar kaum muslimin memberikan loyalitasnya kepada kaum kafir.

Kesempurnaan Islam diibaratkan seperti bangunan yang lengkap dan utuh, masing-masing akan melengkapi dan mendukung bagian yang lainnya. Unsur penting yang ada dalam Islam adalah pelindung bagi bangunan Islam, agar apa-apa yang ada dalam bangunan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan sempurna, serta terjaga dari segala gangguan, yang terdiri dari:

1. Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Amar ma’ruf berarti memerintah kepada hal-hal yang baik.Yaitu segala sesuatu yang dibolehkan oleh syariat, baik yang wajib maupun yang sunnah, sebagaimana tercakup dalam rukun-rukun bangunan Islam tersebut. Nahi munkar, artinya mencegah manusia dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syariat Islam. Memerintah dan mencegah atau melarang merupakan dua hal yang harus ada untuk dapat melaksanakan semua asas dan rukun-rukun dalam bangunan Islam, dari akidah, ibadah, dan semua hukum Islam. Dalam QS.Ali Imron :110 Alloh menyifati umat Islam sebagai khairu ummah yang selalu melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

2. Jihad

Selain amar ma’ruf nahi munkar, termasuk juga dalam tahap bangunan Islam adalah jihad fi sabilillah. Yaitu berusaha dan berjuang sungguh-sungguh untuk menegakkan bangunan Islam tersebut. Dengan jihad fi sabilillah inilah ajaran Islam akan teraktualisasikan dalam kehidupan umat manusia dan Islam akan tetap eksis walaupun musuh-musuh Islam berusaha merobohkan bangunannya.

3. ‘Uquubat (sanksi-sanksi)

Sanksi-sanksi atau hukuman ditetapkan oleh Alloh SWT semata-mata demi kemaslahatan umat manusia. Tanpa sanksi-sanksi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan, maka bangunan Islam tidak akan memiliki ketahanan untuk menghadapi serangan yang datang dari dalam tubuh umat Islam sendiri maupun dari luar mereka

Kalau kita benar-benar serius mau menyelesaikan isu-isu sosial maka kita seharusnya komited dalam melaksanakan pendekatan pendidikan akhlak berteraskan kesungguhan dan latihan. Melalui beberapa modifikasi atau penyesuaian dengan persekitaran kita. Kita juga mengharapkan umat Islam menjadi contoh terbaik dalam perlakuan akhlak kerana keseluruhan gaya hidup Islam adalah berteraskan akhlak yang mulia. Untuk itu, kita perlu mendidik diri kita dengan menggunakan pendekatan yang boleh diharap untuk membentuk akhlak yang mulia dalam kehidupan kita.

Tidak ada komentar: